Selama dua puluh tahun kemudian, Troll hidup damai (dan bahagia!) di persembunyian. Putri Raja, Peppy (Anna Kendrick) berencana mengadakan pesta besar yang ditentang oleh satu-satunya Troll skeptis, Branch (Justin Timberlake) karena takut bakal ketahuan oleh Bergen. Branch memang perusak pesta, tapi prediksinya benar, karena koki kerajaan Bergen (Christine Baranski) sudah bersiap untuk menculik Troll dan menghidangkannya bagi Pangeran Gristle.
Troll yang tersisa tak berani menolong teman-teman mereka, termasuk Raja Peppy yang sudah tua. Untunglah Peppy berhasil mengajak Branch untuk menemaninya melakukan misi yang boleh dibilang bunuh diri: mereka akan menyusup ke kota Bergen. Disini mereka bertemu dengan Bridget (Zooey Deschanel) yang merupakan tukang cuci piring dari koki kerajaan Bergen. Peppy dan Branch tahu bahwa tak mungkin mengalahkan kaum Bergen, alih-alih mereka berusaha membuat kaum Bergen tahu arti kebahagiaan tanpa perlu menelan Troll, dimana salah satu caranya adalah dengan membuat Pangeran Gristle jatuh cinta pada si upik abu Bridget.
Animasinya sendiri unik, dimana tekstur karakter dan latar belakangnya didesain sehingga mirip dengan kain dan boneka sungguhan. Meski filmnya ini tak punya mitologi, dimana dunianya hanya eksis demi mekanika plot (dan pesan moral!), saya mengagumi tim desain produksi yang merancang set-nya dengan gamblang. Terowongan bawah tanah, desa Troll, kota Bergen, hingga bunker rahasia Branch dibuat layaknya arena permainan.
Trolls adalah animasi musikal pertama yang dikerjakan studio Dreamworks dan untuk itu mereka menggandeng Justin Timberlake sebagai Executive Music Producer. Treknya variatif, berisi lagu jaman dulu hingga kekinian; kita akan mendengar "Hello"-nya Lionel Richie, "The Sound of Silence"-nya Simon & Garfunkel, "Clint Eastwood"-nya Gorillaz serta lagu barunya Justin Timberlake, "Can't Stop the Feeling!". Anak-anak mungkin tak kenal siapa Simon & Garfunkel atau Earth, Wind & Fire, tapi mereka pasti menikmati lagu-lagu tersebut yang dikemas dengan musik pop masa kini yang langsung dinyanyikan sendiri oleh pemainnya.
Film ini lucu, imut, dan energik, tapi tawa saya tak terpancing dengan leluconnya yang levelan anak-anak. Pun demikian, absurditasnya cukup meracuni pikiran saya dan dialog yang diisi permainan kata (lebih mengena jika anda mendengarkan sulih suara versi bahasa Inggris) membuat saya tersenyum beberapa kali. Trolls takkan menyentil logika atau menyentuh perasaan anda layaknya animasi Pixar. Saya yakin filmnya khusus ditujukan untuk anak-anak serta untuk menjual soundtrack dan mainan
TRAILER FILM TROLLS